Jakarta - Nama mobil Esemka mengalami pasang surut di industri otomotif Indonesia. Mengusung jargon mobil nasional, Esemka dinilai tak serius membangun industri manufaktur roda empat di Tanah Air. Jika merek dengan nama PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK/Esemka) itu niat bertarung di industri otomotif Indonesia, setidaknya harus memiliki 7 syarat.
Esemka memastikan akan berpartisipasi di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023. Keikutsertaan Esemka mengundang tanda tanya, kenapa merek lokal ini baru ikut pameran otomotif sekarang. Padahal merek ini memiliki pabrik perakitan di Boyolali yang diresmikan pada akhir 2019 lalu.
Hingga saat ini, Esemka hanya memasarkan mobil niaga jenis pick up bermesin 1.200 cc dan 1.300 cc, dengan nama Esemka Bima. Belum ada peluncuran produk mobil anyar sama sekali, dealer atau layanan purna jualnya pun tak diketahui persis di mana saja lokasinya.
Sementara kalau dilihat dari sisi profil konsumennya pun sangat terbatas, di mana saat ini Esemka baru menyuplai mobil buatannya ke instansi-instansi pemerintahan, seperti Kementerian Pertahanan dan TNI-AU.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu, meragukan komitmen Esemka dalam membangun industri otomotif di Tanah Air. Pasalnya, Esemka dinilai tidak memiliki fondasi yang kuat.
"Ada beberapa syarat yang diperlukan bagi industri perakitan otomotif yang serius untuk berbisnis, pertama punya modal yang cukup besar, karena industri perakitan otomotif membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Kedua, tenaga kerja yang kompeten dan terlatih, baik dalam hal teknik maupun manajemen," kata Yannes.
Syarat yang ketiga, harus memiliki sertifikasi dan standar kualitas yang memenuhi persyaratan pemerintah dan industri. Dan keempat, memiliki alat dan mesin produksi yang berkualitas dan memenuhi standar teknologi terkini.
"Kelima, punya sistem manajemen yang efektif-terintegrasi dengan pemasok, konsumen, dan regulator. Keenam, punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi permintaan konsumen. Dan ketujuh, dukungan pemerintah dan pihak terkait dalam hal peraturan, regulasi, dan fasilitas," sambung Yannes.
Lanjut Yannes menambahkan, investasi dalam industri otomotif biasanya mencakup kapasitas produksi, biaya produksi, harga jual, dan fluktuasi pasar. Untuk mencapai skala ekonomi yang menguntungkan, perusahaan perakitan mobil harus memastikan bahwa biaya produksi lebih rendah dari harga jual, dan memiliki pasar yang stabil dan terus tumbuh untuk menjual produk.
"Dalam industri yang sangat kompetitif ini, pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi skala ekonomi sangat penting untuk memastikan kesuksesan, dan pertumbuhan jangka panjang. Esemka belum mampu meyakinkan pasar untuk hal ini," ujar Yannes lagi.
"Lalu untuk Indonesia, jelas harus didukung oleh mitra industri manufaktur otomotif besar yang sudah punya pengalaman dan sumber daya yang kuat dalam industri otomotif, sehingga sangat mungkin bahwa investasi yang dilakukan cukup besar untuk memastikan kesuksesan bisnis di pasar Indonesia. Nah, Esemka tidak jelas dalam hal ini," tukas dia.
Copyright © 2022 KLIKBENGKEL